Artwork Single Shake It Off (sumber: eng.wikipedia.org)
Pada medio Agustus lalu, salah satu penyanyi favorit gue, Taylor Swift merilis single dari album studio ke empatnya, 1989 (2014) yang berjudul Shake It Off. Single ini memang sedang menduduki peringkat pertama tangga lagu Amerika Serikat dan sedang ramai diputar di radio-radio Indonesia. Ketika mendengarkan untuk pertama kalinya, well that’s so pop and easy listening. Tak butuh waktu lama penggalan liriknya ini terngiang-ngiang di kepala gue saking enaknya didengar.
Hari ini, gue benar-benar bernostalgia dengan cara mendengarkan seluruh album Taylor Swift, mulai dari album debutnya sebagai penyanyi country lewat album self titled-nya yang rilis pada tahun 2006, sampai album yang benar-benar membuat dirinya disejajarkan dengan The Beatles, Red (2012). Perubahan genre musik jelas sekali terlihat dari mantan kekasih John Mayer ini. Kesan country jelas sangat terdengar kental dalam setiap lagu dalam album pertamanya hingga perlahan memudar dalam album Red. sebenarnya, gue sudah curiga terhadap mbak Taylor Swift sejak album ketiganya, Speak Now (2010) dilempar ke pasaran. Sudah ada pertanda bahwa Tay-panggilan akrab Taylor Swift-menggarap musiknya dengan suasana yang lebih nge-pop supaya dapat lebih diterima oleh masyarakat pencinta musik pada umumnya. Sebagai contoh, Mean, single pertama dari album Speak Now memang masih terdengar country meskipun elemen musiknya lebih banyak merujuk pada musik pop. Sempat sedikit kecewa juga sih sama Tay karena gue benar-benar selalu menunggu albumnya setiap tahun. Tetapi kerinduan gue pada musik country yang didendangkan oleh Tay dalam album Speak Now sedikit terobati dari lagu Mean, Haunted, dan Back To December.
Akhirnya ketika gue untuk pertama kalinya mendengar We Are Never Ever Getting Back Together, gue cukup surprise mendengar single yang bertahan di posisi pertama selama delapan minggu di Billboard U.S ini. Tak ada lagi country. Yang ada hanyalah musik pop yang catchy. Gue akhirnya surfing di internet, siapakah yang Tay ajak untuk bekerja sama dalam penulisan single ini? Yap! Tak salah lagi Max Martin dan Shellback, duo produser yang banyak memproduseri penyanyi-penyanyi pop papan atas dunia seperti Britney Spears, Lady Gaga, dan masih banyak lagi. Lagu ini memang tak buruk di mata gue memang karena lagu itu masih bertengger dalam pemutar musik ponsel selama beberapa minggu. Gue juga sering menyanyikan lagu itu bersama kawan-kawan gue yang notabene hanya mengenal Tay sebagai musisi country yang beken lewat lagu Love Story beberapa tahun silam. Secara keseluruhan Red memang lebih ngepop daripada Speak Now. Single-singlenya yang sering diputar di radio-radio Indonesia menegaskan kepada diri gue bahwa musik Tay memang sudah mulai banyak diterima ketimbang ia bernyanyi dalam genre country.
Salah satu lagu yang sering diputar di radio-radio Indonesia
Ketika Tay mengumumkan judul album dan melemparkan single, gue tak begitu terkejut. Gue menduga bahwa Tay mungkin akan berpindah aliran musik setelah Red mendulang sukses, baik secara komersil maupun kritik. Dan benar sajaaa.. Gue sudah beberapa minggu ini mengawasi laman Billboard U.S. dan single ini memang masih anteng di urutan pertama. Sebenarnya memang lagu Shake It Off tidak dapat dibilang jelek, sih . Inti dari lagu ini bagaimana kita menghadapi tantangan yang ada dalam hidup dan tidak usah memikirkan apa pendapat dan pandangan orang di sekitar kita.
Gue sebenarnya selalu kagum dengan Tay yang pintar dalam meracik musik dan merangkai lirik, meskipun sedikit scandalous karena Tay memang sering curcol mengenai mantan pacarnya melalui lagu (rumor-rumornya niiiih, Shake It Off ditujukan pada mantan pacar terakhirnya, Harry Styles). Gue hanya rindu saja dengan Tay yang merupakan musisi country favorit gue setelah Lady Antebellum dan Carrie Underwood. Musik country memang telah menjadi salah satu jenis musik yang gue dengar setelah Tay booming pada saat gue duduk di bangku SMA melalui tembang You Belong To Me. Gue jadi tahu bahwa ternyata musik country yang memang sering dianggap kampungan bisa seasik dan sangat menyenangkan ketika dibawakan oleh Tay. Apalagi Tay masih muda dan akhirnya dinobatkan sebagai salah satu ikon musik country karena berhasil mengenalkan musik country pada generasi muda. Gue pun termasuk salah satu generasi muda yang terjerat buaian musik country hingga gencar memburu album-album penyanyi country seperti Carrie Underwood dan Lady Antebellum.
Artwork Album 1989 (sumber: eng.wikipedia.org)
Mungkin gue akan tetap menunggu album keempat Taylor Swift karena gue rasa masih banyak kejutan-kejutan lain dalam album 1989 meskipun antusiasme gue sedikit menurun karena genre yang dipilih Tay. Ini bikin dia menjadi penyanyi-penyanyi pop mainstream yang nggak punya ciri khas lagi dan akhirnya malah terdengar seperti Miley Cyrus, Lady Gaga, dan kawan-kawannya. Wajar sih kalo Tay pengen balik modal karena pastinya bikin album itu butuh fulus yang nggak sedikit. So, lets don’t takes hope too high and just wait ‘till 27th October (tanggal resmi rilis album 1989).